KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berniat menonaktifkan pembangkit listrik berbahan bakar fosil yang sudah berusia di atas 20 tahun. Selain mengganti pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dengan pembangkit energi baru dan terbarukan (EBT), ada opsi menyubstitusi energi primer pembangkit dengan biomassa alias co-firing.
Pengkajian tersebut sejalan dengan prospek industri setrum di masa depan. Tekanan pada operasional PLTU akan semakin tinggi sehingga pendanaan juga akan semakin sulit didapatkan.
Pemerintah melihat, biaya pengembangan proyek EBT sudah cenderung turun. Jadi ketika masuk dalam sistem kelistrikan, pemerintah berharap proyek EBT tidak membebani biaya pokok penyediaan (BPP) PLN. "Caranya PLTU diganti dengan PLTS karena minim perawatan dan pembangunan cepat," kata Direktur Pembinaan Program Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jisman Hutajulu, dalam forum EBTKE ConEx 2020, Selasa (24/11).